“You love me? That’s good. You don’t love me? Nevermind. I think
the world will be running awesomefull with or without your love. Learning your
heart is good. But, controlling my mind is great ;) “ I always keep this
sentences .
Jika kita
mencintai seseorang, kita selalu berusaha membuat orang tersebut bahagia. Tapi
diri sendiri gak bahagia. Dulu.. aku gitu. Tapi sekarang udah lulus dari fase
itu. Fase dimana aku menggantungkan kebahagiaanku dipundak orang lain karna
rasa suka tersebut. I think.. teramat sayang orang sepertiku terabaikan oleh
diriku sendiri apalagi. Sudah mulai memperhatikan diri sendiri sedetail
mungkin. Mindset orang bisa saja beda di dalam periode waktu tertentu. Saat ini
bagiku, kalau orang suka aku, itu tidak menambah kebahagiaanku. Dan kalaupun
orang tidak suka denganku, juga tidak membuatku berduka. Karna “bahagia dan
duka ku bukan karna itu”.
Bagiku apa yg bisa ditawarkan setiap
orang pada orang lain batasannya hanya kebahagiaan semu. dan bahagia
sesungguhnya ada didalam diri. Maka dari itu aku perkecil ketergantunganku pada
pikiran yg hanya merasa bahagia jika mendapat ini itu.
Aku paham setiap orang dilahirkan
dengan ego. Dan maka dari itu aku tidak pernah menuntut orang lain untuk
memperhatikan aku. Sebab aku tau mereka juga harus memprioritaskan dirinya. Diriku
sendiri juga harus menjadi prioritas perhatianku lebih dulu. Aku juga tidak
akan pernah mau memahami kebencian seseorang kepadaku. Karna mereka bukanlah
prioritasku. Tapi jangan salah mengartikan.memprioritaskan diri sendiri itu
bukan berarti menjadikan diri sendiri itu segalanya. Prioritizing means the
first. Bagaimana bisa menolong orang lain kalau diri kita sendiri tidak dalam
keadaan aman lebih dulu? Gak munafik. Atau dengan pertanyaan lain.. bagaimana
kamu bisa mencintai orang lain kalau kamu tidak mencintai dirimu lebih dulu?
Jadi, faktanya banyak orang yg
menjalankan hidupnya dengan perangkat pikir yg salah (itu bagiku sih). Ini
penting. Aku selalu memposisikan bahwa orang lain ya orang lain.aku tidak
pernah menuntut mereka mengerti. Maaf, tulisanku ini hanya bisa dipahami dengan
orang yg open minded. maaf, yg bodoh, ya tentunya berpikir bahwa aku egois. Sudahlah,
janganlah berusaha memahamiku. Bagiku semakin banyak aku menganggap orang lain
memahamiku, semakin banyak pula potensi bahaya yg akan aku hadapi. Guys, think
again. Emang kalau seseorang mencintaimu, lantas dia mengerti dirimu? Atau jika
kamu mencintai seseorang lantas kamu mengerti dia? Come on ! enggak!!
Ironis memang ketika
dua orang saling mencintai lalu mereka saling menuntut pemahaman. Bagiku urusan
cinta dan urusan pemahaman adalah satu hal dan lain hal. Oleh sebab itulah
mengapa ada seorang pangeran bisa menikahi pembantu.
Bagiku apa yg dimengerti seseorang
tentangku bukan diriku seutuhnya. Tapi hal hal dalam batas prediksi dan pengetahuan
mereka saja yg diketahui. Setiap orang memang berpotensi menjadi jahat ketika
situasi memaksa jahat. Dan saat itulah perang sesungguhnya yg terjadi dalam
diriku.
Jikalau kelak pasanganku aneh. Aku
tidak akan menganggap itu hal aneh. Karna aku tau pasti gak akan cukup waktu
sebelumnya menunjukan segala hal tentang diri kita kepada orang lain. Dan aku
ingatkan untuk beberapa orang. Janganlah terlalu PD telah memahami seseorang,
walaupun dia pasanganmu, mantanmu, karna memahami seseorang tidak akan ada
habisnya. Ada yg bilang gini “kenapa kamu tidak memahamiku?” kalimat tanya itu
sama saja dengan dia sendiri tidak memahami orang itu. Ya kan. Pikir deh. Aku
tidak terlalu maksa cari pasangan yg bisa memahamiku. Sebab dia pasti juga
sedang menunggu orang yg memahaminya. Sebenarnya siapa lagi yg bisa benar2 memahamiku
selain tuhan? Ibuku saja kadang tidak memahamiku -_-
Yang bisa memahamiku
dan harus bisa memahamiku adalah aku sendiri. Ini hidupku, aku ingin hal
positif yg menghiasinya. Soal asmara dan lain-lain tidak punya izin untuk
menghambat kebahagiaan dan kesuksesanku kelak.
“I love you , but I love me more”. Always keep
this sentences in your life !
Komentar
Posting Komentar