Saya tidak percaya konsep Soulmate.
Bagi saya, Soulmate adalah sesuatu yg
abstrak. Konsep rekaan manusia untuk melariskan dagangan bunga, cokelat, kartu
valentine, fiksi romantis dan apapun yg menghasilkan duit.
SOULMATE menurut saya, adalah KONSEP YANG KONYOL, kalau tidak, YA KEJAM.
Manusia di kotak-kotakkan dan di “CEMPLUNGKAN” dalam wadah kedap udara. Kamu
baru lengkap kalau sudah menemukan soulmate-mu. Bagaimana jika belum? SELAMAT,
kamu akan menghabiskan sisa hidupmu untuk mencari SOULMATE. Putri bersepatu
kaca atau pangeran berkuda putih yg makin sulit ditemukan di lingkungan yg
macet saat ini.
(Excuse me, I need to breathe!)
Lantas, katakanlah, kamu berhasil menemukan seseorang yg paling mendekati
definisi dan deskripsimu tentang soulmate. Selamat, anda layak dapat bintang.
(itu iklan apa ya by the way :D ). Namun jangan lupa, pasangan yg paling
romantis pun bisa berpisah, bisa bercerai, bisa selingk.... (ehemm maaf)
*suaraputus*. So, apa yg bakal terjadi kalau kamu kehilangan soulmate mu?
Akankah kamu kehilangan keutuhan-mu?
Semua pemikiran diatas, akhirnya membuat saya berpendapat kalau konsep
Soulmate adalah sesuatu yg tidak masuk akal.
Sampai saya bertemu dia.
DIA, barangkali satu-satunya lelaki yg saya izinkan untuk melihat air mata
saya tanpa limit. Jika sampai sekarang ada orang yg membuat saya percaya bahwa
tidak semua laki-laki di dunia itu begundal, ya dia lah orangnya. Dia manusia
paling murah hati. Dan barangkali paling tolol yg pernah saya kenal. (yg tidak
pernah menunda berderma atau berlama-lama menawarkan bantuan, lalu melupakannya
begitu saja).
“Loh, kenapa nggak bilang-bilang kalau SPP mu bulan ini bermasalah,
astaga!! Kenapa lagi kamu ini ???!” Jawabnya dengan kesal karna kenakalanku
saat kelas 2 SMA. Saya tahu dia pasti akan membobol dompetnya untuk menolong
saya, dan saya jujur tidak ingin itu terjadi. Dia perlu belajar memilah, dan
saya perlu belajar bertanggung jawab dan mandiri.
Dia juga tidak segan mengulurkan tangan. Kapanpun. Pelukannya selalu
tersedia dan telinganya tidak pernah bosan mendengar. Kepada dialah saya
bernaung ketika perahu cinta saya kandas, dan dia dengan senang hati membukakan
rumahnya. Dialah pelampung dalam masa-masa paling kritis, agar saya tidak
tenggelam. Hubungan kami tidak sepi konflik. Ditambah, kami sama sama punya
lidah SETAJAM SILET. Berkali-kali saya jengkel, kesal, dan lebih dari sekali
kami terlibat perdebatan sengit. Tapi itu tidak bertahan lama. Ejekan konyol dan
lelucon bodoh selalu berhasil memecahkan tawa dan membuat kami berdamai
kembali. Dan dia satu-satunya orang yg dengan bebas aku biarkan memanggilku
dengan sebutan APAPUN yg dia mau.
Saya tidak percaya konsep soulmate, sampai saya bertemu dia. Soulmate boleh
jadi konsep paling absurd di jagad raya. Namun saya berharap semua pembaca ini
suatu saat nanti akan dipertemukan dengan.. paling tidak ya satu orang soulmate. Dan kalau kamu beruntung, kamu
akan menemukannya dalam wujud seorang sahabat.
Komentar
Posting Komentar